Perawatan Kebun Kakao
Fri, 12/16/2011 - 11:46 | by adminPerawatan kebun kakao ini terbagi atas dua fase, yaitu perawatan dalam fase tanaman belum menghasilkan (TBM) dan fase tanaman menghasilkan (TM).
Perawatan dalam fase TBM adalah pembersihan gulma secara manual pada piringan tanaman, pemupukan, pemangkasan penaung tetap dan penaung sementara, pemangkasan bentuk tanaman kakao, dan pengendaliah hama maupun penyakit.
Pengendalian gulma pada fase TBM dilakukan pada piringan tanaman kakao atau pada jalur tanaman, dilakukan dengan menggunakan sabit atau cangkul. Pada fase ini pengendalian gulma secara kimiawi dapat mengganggu pertumbuhan tanaman kakao karena sebagian herbisidanya dapat mengenai daun kakao TBM.
Pemangkasan bentuk dilakukan setelah tanaman membentuk jorket yang dimaksudkan untuk membentuk kerangka percabangan yang kuat dan seimbang. Dari 4-5 cabang primer yang terbentuk dipilih 3 buah cabang primer yang masing-masing tersebar merata membentuk sudut 120 derajat, sedangkan cabang primer lainnya dipangkas. Cabang-cabang sekunder sampai dengan 60 cm dari pusat percabangan dipangkas.
Pemupukan pada fase TBM dilakukan 3-4 kali setahun sesuai dengan dosis anjuran dengan menggunakan pupuk buatan (anorganik) baik pupuk tunggal maupun majemuk dan dengan pupuk organik yang berfungsi memperbaiki kondisi tanaman dan memperpendek masa TBM.
Pada fase TM, kegiatan perawatan yang penting adalah pemangkasan tanaman kakao dan pelindungnya, pemupukan, dan konservasi tanah, pengendalian hama dan penyakit.
Pemangkasan pada fase TM meliputi pemangkasan pemeliharaan dan produksi, seperti membuang bagian tanaman yang tidak dikehendaki, seperti tunas air, cabang sakit, patah, menggantung dan cabang balik. Hal ini berguna untuk memacu tanaman agar menumbuhkan daun baru yang potensial sebagai produsen asimilat, menekan resiko terjadinya serangan hama dan penyakit, menjaga agar tinggi tajuk tanaman terus terkontrol pendek guna mempermudah panen dan pengendalian hama/penyakit, meningkatkan produksi buah. pemangkasan pemeliharaan dilakukan 3-4 kali per tahun.
Sedangkan pemangkasan produksi identik dengan pemangkasan berat yang dilakukan 2 x setahun (bulan oktober/november dan april)
Pemupukan tanaman kakao sendiri dibagi dua, yaitu melalui tanah dan daun. Pemberian pupuk organik melalui tanah dilakukan dengan meletakkan pupuk pada parit (alur) yang dibuat melingkar di sekeliling pohon dan kemudian ditutup kembali. Penutupan itu sendiri dimaksudkan untuk mengurangi penguapan pupuk dan erosi. Cara ini terbukti meningkatkan efisiensinya.
Pemupukan melalui daun hanya dilakukan sebagai pelengkap agar unsur hara yang diberikan dapat segera dipergunakan oleh tanaman. Dilakukan apabila telah tampak gejala kekurangan atau hanya dilakukan pada pemupukan mikro (Cu,Zn,Fe, Mn)
Pemberian pupuk anorganik dilakukan 2 kali setahun, yaitu awal musim hujan (oktober-november) dan akhir musim hujan (maret-april), dan jika memungkinkan pemupukan dapat dilakukan lebih dari dua kali setahun (3-4 kali setahun). Makin sering dipupuk, makin tinggi produksinya meskipun jumlah pupuk yang diberikan dalam setahun tetap sama.
Pupuk orgaik dapat ditaburkan di sekeliling pohon atau diletakkan pada parit pada salah satu pohon, dengan kedalaman parit 30 cm dan pupuk tersebut kemudian ditimbun dengan tanah setebal 5 cm. Dosis aplikasi pupuk organik yang baik adalah 25 kg/ha/pohon/tahun.
Untuk pengendalian, yang difokuskan pada organisme pengganggu tanaman (OPT) meliputi hama, penyakit, dan gulma. Dalam budidaya tanaman kakao, pencegahan meluasnya serangan OPT melalui penerapan teknik budidaya yang baik (Good agricultural practices/GAP) sangat penting, dengan demikian dapat dihindari eksploitasi hama dan penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya kerugian besar. 5 hama utama kakao, yaitu penggerek buah kakao (PBK)= Conopormorpha cramerella snell, penghisap buah = Helopeltis spp, ulat kilan = Hyposidra talaca, dan ulat api = Darna trima.
Sedangkan penyakit utama yang sering menyerang tanaman kakao di Indonesia adalah :
- penyakit busuk buah (phytophtora palmivora)
- penyakit kanker batang (phytophtora palmivora)
- penyakit VSD (oncobasidium theobromae)
- penyakit Colletotrichum (Colletotrichumgloeosporioides)
- penyakit jamur upas (corticium salmonicolor)
- penyakit akar (JAC: Fomes lamaoensis, JAP : Fomes Lignosus)
Pengendalian hama dan penyakit tanaman kakao diutamakan dilakukan melalui sistem pengendalian terpadu, dimana menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama atau penyakit adalah sebagai pelengkap dan bukan merupakan komponen pengendalian yang paling utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar